Sunday, December 14, 2014

ANALISIS PENGARUH CUSTOMER RELATIONSHIP MARKETING TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS NASABAH



ANALISIS PENGARUH CUSTOMER RELATIONSHIP MARKETING TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS NASABAH
Proposal
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Praktikum Penelitian
Dosen Pengampu: Ekawati Rahayu Ningsih, SH, MM


Disusun Oleh:


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
SYARIAH/ES
2014


ANALISIS PENGARUH CUSTOMER RELATIONSHIP MARKETING TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS NASABAH
(Studi Kasus Bank Syari’ah Mandiri Kudus)

I.       PENDAHULUAN
A.    Latar belakang masalah
Dewasa ini banyak perusahaan yang menyatakan bahwa tujuan perusahaan yang bersangkutan adalah untuk memberikan kepuasan kepadapelanggan.Hal ini disebabkan karena menyadari bahwa kepuasan pelangganmerupakan aspek vital untuk bertahan dalam bisnis dan memenangkanpersaingan.Keberhasilan suatu perusahaan tercermin dari kemampuannya dalam memberikan kepuasan yang baik kepada pelanggan. Karena melalui pemberian kepuasan akan membuat pelanggan merasa dihormati dan dihargai sehingga pada akhirnya dapat menciptakan image yang positif terhadap perusahaan tersebut. Oleh sebab itu perhatian besar terhadap kepuasan pelanggan sebagai alat bersaing dewasa ini sangat penting karena pelanggan yang terpuaskan cenderung akan setia terhadap perusahaan tersebut. Sebenarnya kepuasan tidak selamanya dapat diukur hanya dengan harga, tetapi lebih didasarkan pada pemenuhan perasaan tentang apa yang diharapkan oleh seorang pelanggan.
Kepuasan juga dapat dipandang sebagai suatu perbandingan antara apa yang diharapkan dengan apa yang diperolehnya. Seorang pelanggan akan merasa puas jika perbandingan tersebut cukup adil. Namun, adanya ketidakseimbangan perbandingan khususnya yang merugikan akan menimbulkan ketidakpuasan. Perbandingan yang tidak seimbang dapat juga menimbulkan kepuasan bagi seseorang pelanggan apabila menguntungkan mereka, akan tetapi tidak demikian halnya bagi pelanggan yang menjunjung moralitas atau idealis (Rambe, 2001). Kepuasan menjadi sasaran agar perusahaan dapat berkembang dan tetap eksis alam menghadapi perubahan persaingan yang ketat. Kepuasan pelanggan menjadi petunjuk arah, pendorong dan motivasi untuk menciptakan langkah kreatif dan inovatif sehingga kepuasan akan dapat diketahui jika pelanggan telah memanfaatkan jasa layanan perusahaan.[1]
Banyak perusahaan yang mulai menyadari pentingnya melakukan relationship marketing.Relationship marketing sendiri menurut Philip Kotler ialah pemasaran berdasarkan hubungan baik yang menandai adanya perubahan paradigma yang signifikan dalam pemasaran, sebuah gerakan dari pola pikir yang semata-mata berlandaskan pada kompetisi dan konflik, ke arah pola pikir yang berlandaskan hubungan saling ketergantungan yang saling menguntungkan dan kerja sama[2].
Ketika hubungan yang terjalin antara perusahaan dan konsumen berada pada tahap yang saling menguntungkan maka tak jarang loyalitas konsumen pada perusahaan pun tercipta. Seperti pada penelitian terdahulu, “Pengaruh Relationship Marketing terhadap Loyalitas Konsumen pada PT Olagafood Industri Medan”, hasil penelitiannya menyebutkan bahwa lebih dari 50% konsumen Olagafood loyalitasnya dipengaruhi oleh relationship marketing[3]. Mengacu pada hasil studi tersebut maka loyalitas konsumen dapat tercipta apabila relationship marketing diterapkan dalam sebuah perusahaan.
Pelanggan yang puas dengan pelayanan perusahaan akan meningkatkan pembelian tidak hanya pembelian produk tetapi juga meningkatkan hubungan dengan perusahaan. Proses relationship marketing mencakup bagaimana menghasilkan informasi untuk pelanggan melalui proses transaksi dan komunikasi, menganalisa dan mengambil tindakan berdasarkan informasi tersebut untuk membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Jika relationship marketing telah diimplementasikan secara tepat akan dapat membantu memperbaiki kepuasan pelanggan, meningkatkan loyalitas pelanggan, meningkatkan pendapatan, pertumbuhan, dan memperbaiki efisiensi pemasaran mengemukakan bahwa implementasi relationship marketing berarti menciptakan suatu organisasi yang berfokus pada pelanggan yang memerlukan proses pekerjaan baru, perubahan organisasi, dan perbaikan budaya organisasi. Beberapa perusahaan berpendapat bahwa untuk memformulasikan dan mengimplementasikan relationship marketing bukan suatu hal yang mudah karena adanya beberapa hambatan seperti kesalahan pemahaman konsep relationship marketing dalam beberapa organisasi (Hoskin, 2001).
Para ahli telah merumuskan beberapa strategi relationship marketing. Di antaranya ialah Chris Fill (2009) yang mengutamakan interaksi dan dialog untuk menumbuhkan hubungan jangka panjang dengan konsumen sebagai strategi relationship marketing-nya serta Don Peppers dan Martha Rogers (2002) yang menyebutkan Customer Relationship Management (CRM) dan saluran digital yang memungkinkan interaktivitas. Selain itu, Richard J. Varey (2002) juga merumuskan CRM sebagai strategi relationship marketing-nya dan menambahkannya dengan customer service. Kemudian Cliff Allen, Deborah Kania & Beth Yaeckel (2001) berpendapat bahwa strategi relationship marketing meliputi CRM, pendekatan komunitas dan melalui saluran digital (website dan e-mail). Lalu Larry Weber (2009) merumuskan strategi relationship marketing-nya yaitu pendekatan komunitas dan saluran digital.[4]
Loyalitas adalah hasil dari menjalin hubungan baik dalam jangka panjang dengan pelanggan. Menjalankan sebuah usaha bisnis diperlukan pen-dekatan yang berbasis hubungan, agar diperoleh pemahaman tentang apa yang dibutuhkan dan diinginkan pelanggan serta memandang pelanggan sebagai aset jangka panjang (Barnes, 2003). Bowo, (2003) menyajikan sebuah model baru tentang bagaimana harus membangun kepercayaan pelang-gan.bahwa faktor-faktor yang dapat membangun kepercayaan pelanggan adalah; komitmen, komuni-kasi dan penanganan keluhan yang kemudian meng-hasilkan hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Ndubisi (2007) menunjukan bahwa variabel, komit-men, komunikasi dan penanganan keluhan yang membuat konsumen untuk percaya dan kemudian akan loyal terhadap bank[5].
Perbankan sebagai salah satu industri meng-alami kemajuan yang signifikan di Indonesia, sehingga terjadi persaingan yang ketat secara nasional bahkan global.Untuk kawasan ASEAN, ukuran bank besar di tanah air masih kalah dibanding ukuran bank di negara-negara seperti Malaysia, Singapura dan Thailand, (Setiaatmadja, Info Bank Outlook 2012). Malaysia, Singapura dan Thailand memiliki ukuran bank tiga kali lebih besar dari bank di Indonersia. Dari sisi permodalan, bank di Indonesia memiliki per-tumbuhan kredit terus naik melampaui target, dan secara industri terlihat rasio kecukupan modal (CAR) perbankan masih lebih baik dibandingkan negara tetangga, terlihat dari; sampai triwulan tiga 2011, CAR perbankan nasional tercatat sebesar 16,6%, lebih tinggi dibanding Singapura sebesar 16,2%, Thailand sebesar 15,5%, Malaysia sebesar 14,6%. Bahkan CAR perbankan nasional jauh lebih baik dari perbankan Eropa yang per Januari Desember 2010 ada di level 13,2%. (Setiaatmadja, Info Bank Outlook 2012).[6]
Hasil survey Bank Service Excellence Monitor (BSEM) 2011 menunjukkan adanya indikasi mutu pelayanan bank-bank di Indonesia mengalami pe-ningkatan dalam sepuluh tahun terakhir, (http://www. banksulut.co.id). Layanan adalah hal yang serius untuk diperhatikan, terutama di industri jasa termasuk perbankan, karena merupakan faktor penentu keberhasilan sebuah bank (Info BCA. No.211. Tahun 2011).Salah satu strategi yang dilakukan oleh perbankan dalam meningkatkan kualitas layanan terhadap konsumen yaitu dengan menerapkan customer relationship marketing, melalui komitmen melayani, komunikasi dengan pelanggan dan penanganan keluhan konsumen sebagai fokus dalam membangun hubungan baik dengan konsumen (Ndubisi, 2007).
Upaya pengembangan kualitas pelayanan yang diberikan bank syariah tidak cukup hanyaberlandaskan kepada aspek-aspek legal dan peraturan perundang-undangan tetapi juga harus berorientasi kepada pasar atau masyarakat sebagai pengguna jasa (konsumen) LembagaPerbankan. Seperti, pelayanan pada nasabah, di mata nasabah yang mencakup faktor-faktor secaratradisional yang mewarnai penilaian nasabah atas layanan yang diterima, seperti: kecepatan,ketetapan, keramahan, dan kenyamanan. Disamping faktor-faktor pelayanan, terdapat atributproduk yang juga merupakan titik tolak penilaian bagi konsumen yang diharapkan dari suatuproduk yang sebenarnya.Dalam perbankan syraiah, atribut produk tersebut diidentifikasi sebagaiatribut-atribut produk Islam yang bernuansa Islami yang telah ditawarkan oleh bank.
Hasil penelitian terdahulu di Jordania menunjukkan bahwa tingkat kepuasan terhadap pelayanan yang ditawarkan bank islam yang tertinggi adalah nama dan citra bank, diikutikemampuan untuk membuat pelanggan percaya, jaringan luas dari fasilitas yang ditawarkan,kecakapan karyawan bank (Naser, et al, 2000 dalam Sasono, 2006).[7]
Komunikasi yang fleksibel dan komitmen terbaik dalam melayani konsumen, serta kemampuan menangani keluhan menjadi hal yang berperan penting dalam membangun dan meningkatkan keper-cayaan konsumen, (Bowo, 2003).Dalam rangka membuat pelanggan mempercayai layanan yang diberikan, maka pelanggan harus merasakan kualitas layanan sebagai hal yang positif. Anderson dan Narus (1990) menekankan bahwa kepercayaan terjadi ketika salah satu pihak percaya bahwa tindakan pihak yang lain akan memberikan hasil positif untuk dirinya. Hal ini menyiratkan bahwa kualitas pelayanan dapat memiliki efek positif pada kepercayaan, selanjutnya kepercayaan telah diakui memiliki peran penting dalammempengaruhi loyalitas pelanggan, (Gundlach and Murphy, 1993).
Bank syariah mandiri berpendapat bahwa perusahaan harus memfokuskan semua perhatiannya untuk memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen yang tidak diberikan oleh perusahaan lain dan sulit untuk ditiru sehingga bisa bersaing seefektif mungkindan sebagai salah satu cara menjalin hubungan dengan nasabah, Bank Syariah mandiri menghadirkan pelayanan BSM net bangking berupa layanan bagi nasabah untuk melakukan transaksi perbankan melalui internet, yang memungkinkan mengirimkan uang dari luar negeri ke Indonesia, layanan ini bekerja sama dengan Merchentrade Asia MTA Malaysia, selain itu BSM juga memberikan BSM SUH (Saudi umroh dan haji card) yang dapat memenuhi kebutuhan jemaah haji, umroh, atau pebisnis yang melakukan transaksi dengan mata uang Arab Saudi (riyal).
Selain itu BCA finance menjadi salah satu perusahaan jasa yang menjaga hubungannya dengan konsumen dan juga dealer mobil, mereka selalu memberikan pelayanan yang baik dan selalu berusaha untuk menepati janji atas apa yang telah mereka janjikan sebelumnya. Untuk menciptakan trust bassed relationship dengan konsumen, BCA finance  juga aktif meningkatkanEmployee Relationship di internal perusahaan dengan membangun sarba komunikasi antar unit kerja secara rutin, terutama unit-unit kerja yang memberikan dampak langsung kepada konsumen. Selain itu BCA finance  juga mengadakan acara-acara yang dapat menumbuhkan rasa kebersamaan.
Perusahaan yang bergerak dibidang keuangan tersebut diatas melakukan berbagai upaya untuk mendekatkan diri dengan nasabah-nasabahnya, mereka memiliki tugas yang sama ingin menciptakan hubungan jangka panjang dengan nasabah yang saling menguntungkan. Perusahaan tidak hanya mendapatkan nasabah yang menguntungkan tetapi membangun hubungan yang akan mempertahankan dan menumbuhkan pangsa pelanggan. Dengan adanya kesamaan tujuan tersebut, mereka dapat melakukan hubungan kemitraan yang saling menguntungkan.
Atas dasar latar belakang permasalahan tersebut diatas timbul ketertarikanuntuk mengadakan penelitian dengan judul :“ Analisis Pengaruh Customer RelationshipMarketing Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Nasabah (Studi Kasus Bank Mandiri Syari’ah)”.

B.     Penegasan istilah


C.    Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat di definisikan beberapa hal sebagai berikut:
1.                  Apakah CRM (customer relationship marketing)  berpengaruh terhadap loyalitas pelangan pada Bank Mandiri Syari’ah?
2.                  Apakah CRM (customer relationship marketing)  berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan pada Bank Mandiri Syari’ah?

D.    Tujuan penelitian
Tujuan penelitian disesuaikan dengan rumusan masalah yang telah diuraikan :
1.                  Untuk mengetahui apakah CRM (customer relationship marketing) berpengaruh terhadap loyalitas pelangan padaBank Mandiri Syari’ah.
2.                  Untuk mengetahui apakah CRM (customer relationship marketing) berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan Bank Mandiri Syari’ah.

E.     Manfaat penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
A.    Manfaat teoritis
a.       Mendapatakan gambaran menyeluruh tentang variabel
b.      Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan manajemen pemasaran yang berhubungan dengan peningkatan mutu dan dapat dijadikan dasar penelitian lebih lanjut.
B.     Manfaat praktis
a.       Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi industri perbankan untuk mengetahui alasan nasabah menggunakan produk dan jasa pada Bank Mandiri Syari’ah Kudus.
b.      Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai suatu gambaran tentang layanan CRM serta memberikan masukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penggunaan layanan tersebut sesuai dengan kebutuhan nasabah.

F.     Sistematika penulisan
Pada sistematika penulisan, penulis akan menjelaskan secara ringkas bab demi bab secara berurutan. Urutan penulisan yang akan di sajikan adalah sebagai berikut.

BAB I       : PENDAHULUAN
Merupakan garis besar arah tujuan dan alasan penelitian yang mendorong penulis melakukan penelitian meliputi: latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian (manfaat teoritis dan manfaat praktis) serta sistematika penulisan
BAB II      : KAJIAN PUSTAKA
Memaparkan lebih jauh mengenai teori yang menjadi landasan penulis yang meliputi: landasan teori, penelitian terdahulu, hipotesis.
BAB III    :METODE PENELITIAN
Menguraikan tentang : jenis dan pendekatan penelitian, metode pengumpulan data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data

II.    KAJIAN PUSTAKA
A.    Kajian Teori
1.      Customer Relationship Marketing (CRM)
Customer Relationship marketing merupakan konsep baru yang muncul dalam literature pemasaran pada beberapa dekade terakhir (Christopher et. al. 1991; Gronroos, 1994; Gummeson, 1994; Morgan dan Hunt, 1994; Benet, 1996).Istilah “customer relationship marketing” penggunaannya sudah meluas (Evans dan Laskin, 1994; dan Gronroos, 1990). Dalam konteks ini, banyak definisi customerrelationship marketing ditulis dalam bentuk output yang diinginkan, dan tidak mengindikasikan kebutuhan input atau ciri-ciri yang mana memungkinkan pengamat menentukan bila sebuah kebijakan customer relationship marketing dilaksanakan (Blois, 1996, p.161)

Menurut amin tunggal (2008) relationship marketing merupakan focus pada hubungan antara perusahaan dan pelanggannya berdasarkan kerjasama dan kolaborasi. Proses yang berkesinambungan dalam melaksanakan proses aktifitas yang koperatif dan kolaboatif dengan pelanggan untuk menciptakan atau meningkatkan nilai ekonomis bersama dengan biaya yang lebih rendah.
Relationship marketing merupakan proses untuk mengidentifikasi dan membangun, memelihara, memperkuat, dan bila perlu menghentikan hubungan dengan pelanggan dan pemangku kepentingan yang lain, dengan menguntungkan, agar tujuan dari semua pihak yang terlibat dipenuhi, dilakukan dengan cara saling membeikan dan memenuhi janjinya.Chan (2003) menyatakan relationship marketing dapat di definisikan sebagai pengenalan setiap pelanggan secara lebih dekat dengan menciptakan komunikasi dua arah dengan mengelola suatu hubungan yang saling menguntungkan antara pelanggan dan perusahaan.
Seiring dengan majunya perkembangan jaman, konsumen menjadi semakin krisis.Hal ini disebabkan karena konsumen dihadapkan pada banyaknya pilihan produk dan selain itu dijunjung dengan arus informasi tentang produk dan jasa yang mudah diperoleh.Pemasar pun tidak tinggal diam. Mereka pun melakukan segala sesuatu yang dapat mengalahkan pesaing.Dengan melihat fenomena tersebut paradigm tersebut dibutuhkan relationship marketing antara perusahaan dengan konsumen.
Relationship marketing berarti terjadi perubahan dari sekedar berorientasi pada penjualan menjadi berorientasi pada pelanggan, dan sekedar memanipulasi pelanggan menjadi melibatkan pelanggan dalam aktifitas bisnis, dari menjual dan member informasi menjadi memperoleh informasi dan memuaskan pelanggan (keegan, et.al:2002).

Faktor-faktor Utama Keberhasilan Customer relationship management (CRM)

Mempertahankan kepuasan pelanggan dari waktu ke waktu akan membina hubungan yang baik dengan pelanggan. Hal ini dapat meningkatkan keuntungan perusahaan dalam jangka panjang (Barnes, 2001:63). Dalam menghadapi terpaan gelombang perubahan yang begitu cepat dari yang berorientasi produk (product focused) kepada orientasi pelanggan (customer focused), banyak perusahaan kini sudah menyadari bahwa melayani pelanggan yang sudah ada dengan telaten merupakan sumber utama keuntungan dan pertumbuhan pendapatan yang berkelanjutan (sustainable). Khususnya dalam era ekonomi baru ini, perusahaan lebih ditantang untuk bukan hanya sekedar memuaskan pelanggannya, namun juga delight.

Perusahaan yang gagal memuaskan pelanggannya akan menghadapi masalah yang lebih kompleks lagi dikarenakan dampak bad word-of-mouth. Rata-rata seorang pelanggan yang puas akan memberitahu tiga orang tentang pengalaman produk yang baik, sedangkan rata-rata seorang pelanggan yang tidak puas akan menyampaikan pengalaman buruknya kepada 11 orang lain (Kotler & Amstrong, 2003:95).

Kunci keberhasilan perusahaan bukan semata terletak pada produk ataupun jasa yang ditawarkan tetapi seberapa jauh upaya perusahaan memuaskan kebutuhan para pelanggannya.Yang dimaksudkan dengan kebutuhan pelanggan adalah perusahaan menyediakan produk/jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka, kemudian menjaga hubungan erat dengan para pelanggan untuk memastikan agar mereka menjadi pelanggan setia.[8]

Pola pembelian yang dilakukan konsumen senantiasa berubah dan perubahan tersebut harus selalu dijadikan dasar bagi pemasar untuk merumuskan keunggulan bersaingnya.Oleh karena itu, penerapan customer relationship management (CRM) (Barnes, 2001) menjadi daya dorong pemasar untuk mempertahankan pelanggan seumur hidup.

CRM sendiri dapat didefinisikan sebagai serangkaian aktivitas terintegrasi untuk mengidentifikasi, mengakuisisi, mempertahankan dan mengembangkan pelanggan yang menguntungkan.Tujuan utamanya adalah mengoptimalkan keuntungan perusahaan melalui kepuasan pelanggan (Handoko dan Marliyana, 2003).

CRM adalah usaha perusahaan untuk berkonsentrasi menjaga pelanggan (supaya tidak lari ke pesaing) dengan mengumpulkan segala bentuk interaksi pelanggan baik itu lewat telepon, email, masukan di situs atau hasil pembicaraan dengan staf sales dan merkating. CRM (Customer relationship management ) adalah sebuah strategi bisnis menyeluruh dari suatu perusahaan yang memungkinkan perusahaan tersebut secara efektif bisa mengelola hubungan dengan para pelanggan. CRM memungkinkan perusahaan untuk berkonsentrasi menjalin relasi dengan pelanggan dengan mengumpulkan segala bentuk interaksi pelanggan baik itu lewat telepon, email, masukan di situs atau hasil pembicaraan dengan staf sales dan marketing (Danardatu, 2003).

CRM membantu perusahaan untuk mengembangkan produk baru berdasarkan pengetahuan yang lengkap tentang keinginan pelanggan, dinamika pasar dan pesaing dengan cara:
a.       Menjaga pelanggan yang sudah ada
b.       Menarik pelanggan baru
c.       Cross Selling: menjual produk lain yang mungkin dibutuhkan pelanggan berdasarkan pembeliannya.
d.      Upgrading: menawarkan status pelanggan yang lebih tinggi.
e.       Identifikasi kebiasaan pelanggan untuk menghindari penipuan.
f.       Mengurangi resiko operasional karena data pelangga tersimpan dalam satu sistem.
g.      Respon yang lebih cepat ke pelanggan.[9]

Menurut Kotler dan Armstrong (2004, pp. 16-23), customer relationship marketingmerupakan proses membangun dan mempertahankan hubungan jangka panjang yang menguntungkan dengan pelanggan melalui penyediaan pelayanan yang bernilai dan yang memuaskan mereka. Secara garis besar, perusahaan dapat mengembangkan hubungan dengan pelanggannya melalui tiga pendekatan, yaitu (1) manfaat finansial (financial benefit); (2) manfaat sosial (social benefit); dan (3) ikatan struktural (structural ties).
a.       Manfaat finansial (financial benefit
Manfaat finansial meliputi penghematan biaya yang dikeluarkan oleh seorang pelanggan pada saat mereka membeli produk atau jasa dari perusahaan.Implementasi yang paling sering dari penyediaan manfaat finansial adalah dengan menjalankan frequency marketing programs seperti pemberian reward berupa diskon khusus apabila pelanggan sering melakukan pembelian atau apabila membeli dalam jumlah yang besar. Dalam praktek di lapangan, istilah frequency marketing program seringkali digunakan secara bergantian dengan istilah reward program mengingat kedua istilah tersebut memiliki makna yang sama.
b.      Manfaat sosial (social benefit)
Membangun hubungan dengan pelanggan dengan cara memberikan manfaat finansial memang penting, namun tidak cukup sampai di tahap ini saja. Lebih lanjut, Kotler dan Armstrong (2004) menyatakan bahwa perusahaan perlu juga memberikan manfaat sosial bagi pelanggan mereka.Pemberian manfaat sosial lebih menyentuh kebutuhan dan keinginan pelanggan secara lebih personal.Di tingkat ini, hubungan dengan pelanggan tidak hanya tercipta karena insentif harga yang diberikan oleh pihak perusahaan, namun ada ikatan sosial bahkan persahabatan baik antar perusahaan dengan pelanggan, maupun antar pelanggan yang satu dengan pelanggan yang lainnya. Implementasi dari penyediaan manfaat sosial (social benefit) paling mudah adalah berusaha mengingat nama pelanggan secara individu.
Hal ini telah banyak diterapkan oleh hotel-hotel berbintang terhadap pelanggan loyalnya, dimana setiap kali mereka menginap di hotel yang bersangkutan, pihak hotel senantiasa melayani dengan menyebut nama pelanggan yang bersangkutan, bahkan pihak hotel melalui database yang ada, mampu mengingat layanan-layanan apa saja yang menjadi preferensi dari pelanggan loyal tersebut.
c.       Ikatan struktural (structural ties)
Membangun hubungan jangka panjang yang menguntungkan dengan pelanggan melalui penyediaan ikatan struktural sehingga memudahkan pelanggan untuk bertransaksi dengan perusahaan. Contoh seperti yang dilakukan oleh FedEx, sebagai perusahaan pengiriman barang, yang melengkapi pelanggan dengan sistem online sehingga setiap pelanggan dapat menelusuri status dokumen atau barang mereka yang dikirim lewat perusahaan ini dengan cara mengakses secara online pada situs resmi perusahaan.
Dari definsi di atas, dapat dikatakan bahwa customer relationship marketing adalah proses membangun dan mempertahankan hubungan dengan konsumen yang menguntungkan dengan memberikan produk dan membuat konsumen puas dan bernilai bagi konsumen.
Tujuan relationship marketing
            Tujuan relationship marketing adalah untuk menemukan nila sepanjang hidup (life time value- LTV) dari pelanggan. Setelah life time value didapat maka tujuan selanjutnya adalah bagaimana life time value masing-masing kelompok pelanggan ini masih dapat di perbesar dari tahun ke tahun.setelah itu, bagaimana menggunakan laba yang didapat dari dua tujuan pertama tadi untuk mendapatkan pelanggan baru dengan biaya yang relative murah. Dengan demikian, tujuan jangka panjangnya adalah menghasilkan keuntungan terus menerus dari dua kelompok pelanggan yaitu pelanggan lama dan pelanggan baru.
        Langkah-langkah relationship marketing
Griffin, rappel seperti di kutip kotler terdapat 7 langkah dalam relationship marketing (customer development process) yang dilakukan perusahaan untuk mengenal dan melayani pelanggan. Sebagai berikut:
1.      Suspect
yaitu setiap orang yang berniat membeli produk, baik barang maupun jasa.
2.      Prospects
perusahaan meneliti calon pembeli yaitu orang-orang yang memiliki minat potensial yang kuat terhadap produk dan memiliki kemampuan untuk membeli.
3.      Dis-qualified
para pembeli tersebut di teliti, kemudian jika terdapat calon pembeli yang tidak memenuhi syarat maka did is-kualifikasi
4.      Pelanggan yang pertama kali adalah pelanggan yang memnuhi syarat.
5.      Menjadikan pelanggan pertama menjadi pelanggan berulang.
6.      Merubah pelanggan berulang menjadi klien. Yaitu orang-orang yang diperlakukan istimewa oleh perusahaan.
7.      Merubah klien menjadi members atau advocates yang dengan senang hati merekomendasikan perusahaan beserta produknya kepada orang lain dan akhirnya pelanggan tersebut akan menjadi partners bagi perusahaan.
Kemudian yang menjadi tantangan selanjutnya adalah mengaktifkan kembali pelanggan yang sudah tidak aktif atau yang sudah meninggalkan produk-produk perusahaan karena ketidakpuasan mereka terhadap produk atau pelayanan yang diterima.
Kontak pelanggan
Hal yang paling utama yang dibutuhkan untuk membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan yaitu melalui interaksi dua arah antara pelanggan dengan perusahaan.Interaksi ini biasa disebut dengan kontak point. Perhatian pemasar terhadap kontak point ini menyangkut berapa jumlah kontak yang dilakukan pada periode tertentu, pada area mana saja kontak poin ini terjadi, siapa dari pihak perusahaan yang melakukan kontak, jika kontak poin itu tidak melibatka manusia, peralatan apa yang dipunyai perusahaan yang langsung berinteraksi dengan pelanggan dan pada yang terakhir bagaimana kualitas kontak yang terjadi. Dalam hal kontak poin ini, biasanya setiap perusahaan standart operational procedure yang telah dikembangkan dan mampu diterapkan oleh para frontliner.
Untuk benar-benar memahami interaksi antara pelanggan dengan perusahaan, termasuk perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa, paling tidak ada tiga langkah yang harus ditempuh. Yaitu:
1.      Mengidentifikasi kemungkinan kontak yang dilakukan antara pelanggan dan karyawannya.
2.      Meningkatkan motivasi karyawan untuk memenuhi ekspektasi pelanggan agar ia bisa puas.
3.      Memonitori kualitas pelayanan yang diterima pelanggan secara berkala.

Kontak poin yang terjadi bisa bersifat positif maupun negative.Watakpelanggan yang bermacam-macam, bagaimanapun watak pelanggan yang melakukan kontak poin dengan perusahaan, antara karyawan dan pelanggan harus membawa ekspektasinya masing-masing.Sudah menjadi tugas pemasar untuk memahami ekspektasi pelanggan dan mengubah culture perusahaan untuk memenuhi ekspektasi pelanggan tersebut.
Marketing database
Marketing database merupakan sekumpulan dan informasi terutama data pelanggan, yang digunakan untuk keperluan pemasaran produk atau jasa perusahaan.Marketing database mempunyai funsi sebagai backbone bagi suksesnyarelationship marketing, kegunaan database dalam konteks relationship marketing adalah untuk menjamin bahwa pelanggan tersebut dikenali, agar dapat dilibatkan dalam kegiatan relationship marketing, diberi apresiasi dan reward, juga dipuaskan dengan memenuhi ekspektasinya.Marketing database di dukung oleh teknologi, sebuah perangkat keras yang mendukung Marketing database ini adalah mainframe, serverdan individual workstationatau dikenal sebagai personal computer.Ketiga komponen ini mempunyai komponen untuk menyimpan data, mereka juga mempunyai aplikation atau software untuk mengolah data.
Berikut adalah komponen yang harus ada dalam marketing database agar fungsinya maksimal dan recognition dari masing-masing pelanggan dapat terdeteksi.
a)      Marketing database menyimpan informasi nama pelanggan, nomor telepon, alamat, sejarah pembelian (purchase theory), selain itu, database ini harus mempunyai data spesifik pelanggan lainnya seperti ulang tahun perkawinan dan lain-lain.
b)      Database ditampilkan dengan berbagai format sesuai dengan pilihan perusahaan. Misalnya untuk progam loyality marketing, aplikasi yang digunakan harus bisa mendukung aktivitas program yang dijalankan, baik online maupun offline.
c)      Automatic Call Direction (ACD), mengarahkan setiap incomingcall ke customer service representative (CSR) tertentu, atau yang menggantikannya apabila ia berhalangan.
d)     Personal CSR, yang khusus ditugaskan untuk melayani pelanggan tertentu, agar keintiman dapat lebih terjalin.
e)      CSR software, yang memungkinkan segala informasi yang berkenan dengan pelanggan tertentu, yang dibutuhkan oleh CSR, bisa langsung tersaji dilayar monitor.

Marketing Database yang berisi informasi mengenai pelanggan, merupakan salah satu komponen yang telah ada dalam perusahaan jasa keuangan, nasabah tidak akan menolak meberikan informasi tentang dirinya disaat akan membuat rekening atau mengajukan kredit. Informasi seputar data diri dari mulai pekerjaan, penghasilan, pendidikan, jumlah anak, nama istri, siapa saja tanggungannya, adalah sebagian pertanyaan yang harus dijawab. Dari serangkaian pertanyaan mengenai data diri tersebut, sebuah bank sudah mempunyai informasi lengkap tentang nasabahnya tanpa harus bersusah payah mencari tahu untuk menemukannya.
Keberhasilan  marketing database tidak terlepas dari beberapa factor. Diantaranya:
a)      Kecanggihan teknologi informasi yang di gunakan.
b)      Keakuratan data yang diperoleh melalui riset pasar
c)      Kesesuaian fasilitas (software, hardware dan lain-lain) dengan tujuan pengumpulan intonasi.
d)     Ketersediaan kapabilitas sumberdaya manusia yang mendukung.
e)      Komitmen manajemen terhadap program yang diwujudkan dalam dukungan investasi pada teknologi informasi.

Selain memungkinkan pemasar untuk untuk bertindak tepat pada saat dan tempat yang tepat, marketing database membantu perusahaan menghemat biaya dengan mengalokasikan sumberdayanya secara efektif dan efisien, yang pada gilirannya juga akan meningkatkan profit perusahaan.
Peringkat pelanggan
Pelayanan adalah hal yang paling penting pada setiap perusahaan terutama pada perusahaan yang bergerak di bidang jasa.Setiap perusahaan berlomba-lomba meningkatkan pelayanan terhadap pelanggannya untuk memenangkan pasar, padahal tidak semua pelanggan cukup bernilai bagi perusahaan. Ada pelanggan yang benar-benar berkontribusi memberikan profit yang besar, dan juga sebaliknya ada juga pelanggan yang kontribusinya profitnya kurang bagi perusahaan. Memberikan kualitas pelayanan prima untuk pelanggan jenis pertama tentu akan memberikan keuntungan yang lebih bagi perusahaan, akan tetapi untuk pelanggan jenis kedua hanya akan membuang buang waktu dan energy.
Ada banyak perusahaan yang membagi pelanggannya ke dalam tiga kelompokatau lebih, dan masing masing kelompok dilengkapi dengan deskripsi yang sangat berguna untuk keperluan internal perusahaan, seperti halnya fedex membagi (federal express corporation) memagi pelanggannya menjadi tiga bagian, yaitu:
1.      The good
Kelompok pelanggan yang memberikan keuntungan terbesar kepada perusahaan.
2.      Good bad
Kelompok ini masih memberikaa keuntungan yang besar walaupun posisinya masih dibawah good tier
3.      The ugly
Mereka ini adalah kelompok yang paling besar jumlahnya dan levelnya reltif rendah.
Pengelompokan yang dilakukan oleh fedex berdasarkan kontribusi profitnya pelanggan, daripada susah payah memberikan pelayanan kelas satu pada semua kelompok.
Keuntungan CRM (costumer relathionship marketing)
CRM(costumer relathionship marketing) membantu perusahaan untuk mengembangkan produk baru berdasarkan pengetahuan yang lengkap tentang keinginan pelanggan, dinamika pasar dan pesaing dengan cara:
Ø  Menjaga pelanggan yang sudah ada
Ø  Menarik pelanggan baru
Ø  Cross Selling: menjual produk lain yang mungkin dibutuhkan pelanggan berdasarkan pembeliannya
Ø  Upgrading: menawarkan status pelanggan yang lebih tinggi (gold card vs. silver card)
Ø  Identifikasi kebiasaan pelanggan untuk menghindari penipuan
Ø  Mengurangi resiko operasional karena data pelanggan tersimpan dalam satu system
Ø  Respon yang lebih cepat ke pelanggan
Ø  Meningkatkan efisiensi karena otomasi proses
Ø  Meningkatkan kemampuan melihat dan mendapatkan peluang
Ø  Dan lain sebagainya

2.      Kepuasan pelanggan (Customer Satisfaction)
Menurut Kotler dan Keller  kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa dari konsumen yang timbul karena membandingkan kinerja yang didapat terhadap ekspektasi konsumen tersebut. Jika kinerja gagal memenuhi ekspektasi, pelanggan tidak puas. Jika kinerja sesuai dengan ekspektasi, pelanggan akan puas. Jika kinerja melebihi ekspektasi, pelanggan akan puas atau senang.[10]

Konsep kepuasan pelanggan (nasabah) sebenarnya masih bersifat abstrak. Pencapaian kepuasan dapat merupakan proses yang sederhana, maupun kompleks dan rumit. Dalam hal ini peranan setiap individu dalam service encountersangatlah penting dan berpengaruh terhadap kepuasan yang dibentuk. Day (dalam Tse dan Wilton, 1988) menyatakan bahwa kepuasan atau ketidak puasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidak sesuaian / dikonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelahnya. Engel, et al. (1990) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purnabeli dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil (outcome) sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan pelanggan.[11]

Saat ini kepuasan pelanggan  menjadi fokus perhatian oleh hampir semua pihak, baik pemerintah, pelaku bisnis, konsumen dan sebagainya. Hal ini disebabkan semakin baiknya pemahaman mereka atas konsep kepuasan pelanggan sebagai strategi untuk memenangkan persaingan di dunia bisnis. Kepuasan nasabah merupakan hal yang penting bagi penyelenggara jasa, karena nasabah akan menyebarluaskan rasa puasnya kepada calon nasabah, sehingga akan menaikkan reputasi pemberi jasa. Beberapa definisi kepuasan pelanggan, beberapa diantaranya adalah Tse dan Wilton (1988) menyatakan bahwa kepuasan nasabah adalah respon nasabah terhadap evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan setelah pemakaiannya. Engel (1995) mendefinisikan kepuasan nasabah sebagai evaluasi purna beli dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan nasabah, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil tidak memenuhi harapan nasabah. Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan nasabah merupakan perbedaan/kesenjangan antara harapan sebelum pembelian dengan kinerja atau hasil yang dirasakan setelah pembelian.

Pelanggan adalah orang yang menerima hasil pekerjaan seseorang atau organisasi, maka yang dapat menentukan kualitasnya seperti apa yang mereka dan mereka dapat menyampaikan apa dan bagaimana kebutuhan mereka. Setiap orang dalam perusahaan harus bekerja dengan nasabah internal dan eksternal untuk menentukan kebutuhan mereka dan bekerja sama dengan pemasok internal dan ekseternal.

Ada beberapa unsur penting dalam kualitas yang ditentukan nasabah yaitu:
1.      Nasabah harus merupakan prioritas utama organisasi. Kelangsungan hidup organisasi tergantung nasabah.
2.      Nasabah yang dapat diandalkan merupakan nasabah yang telah melakukan pembelian berkali-kali (pembelian ulang) dari organisasi yang sama. Nasabah yang puas dengan kualitas produk atau jasa yang dibeli dari suatu organisasi menjadi nasabah yang dapat diandalkan. Oleh karena itu kepuasan nasabah sangat penting.
3.      Kepuasan nasabah dijamin dengan menghasilkan produk berkualitas tinggi.
Kepuasan berimplikasi pada perbaikan terus-menerus sehingga kualitas harus diperbaharui setiap saat agar nasabah tetap puas dan loyal.

Metode Pengukuran dan Pemantauan Kepuasan Pelanggan
Kotler (2000) mengemukakan empat metode untuk mengukur kepuasan pelanggan, yaitu:
1)      Sistem keluhan dan saran
Setiap perusahaan yang berorientasi pada pelanggan (customer oriented) perlu memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi para pelanggannya untuk menyampaikan saran, pendapat, dan keluhan mereka. Media yang bisa digunakan meliputi kotak saran, menyediakan kartu komentar, menyediakan saluran telephon khusus dan lain-lain.
2)      Survei kepuasan pelanggan
Umumnya banyak penelitian mengenai kepuasan pelanggan dilakukan dengan menggunakan metode survey, baik melalui pos, telepon, maupun wawancara pribadi.
3)      Ghost Shopping
Metode ini dilakukan dengan cara mempekerjakan beberapa orang (ghost shopper) untukberperan atau bersikap sebagai pelanggan / pe,beli potensial produk perusahaan danpesaing. Lalu ghost shopper tersebut menyampaikan temuan-temuannya mengnaikekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing berdasarkan pengalaman merekadalam pembelian produk-produk tersebut.
4)      Lost Customer Analysis
Perusahaan berusaha menghubungi para pelanggannya yang telah berhenti membeli atauberalih pemasok, sehingga akan diperoleh informasi penyebab terjadinya hal tersebut.Informasi ini sangat berguna bagi perusahaan untuk mengambil kebijakan selanjutny dalam rangka meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan.

Strategi Kepuasan Pelanggan
Mudie dan Cottam (1993) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan totaltidak mungkin tercapai, sekalipun hanya untuk sementara waktu. Namun upaya perbaikanatau penyempurnaan kepuasan dapat dilakukan dengan berbagai strategi.Ada beberapastrategi yang dapat dipadukan untuk meraih dan meningkatkan kepuasan pelangga (Tjiptono, 2002):
a.      Relationship Marketing
Dalam strategi ini, hubungan transaksi antara penyedia jasa dan pelanggan berkelanjutan,tidak berakhir setelah penjualan selesai. Dengan kata lain, dijalin suatu kemitraan jangkapanjang dengan pelanggan secara terus-menerus sehingga diharapkan dapat terjadi bisnisulangan (repeat business).Salah satu faktor yang dibutuhkan untuk mengembangkan relationship marketingadalah dibentuknya customer database, yaitu daftar nama pelanggan yang perlu dibinahubungan jangka panjang.
b.      Strategi Superior Customer Service
Perusahaan yang menerapkan strategi ini berusaha menawarkan pelayanan yang lebihunggul daripada para pesaingnya. Untuk mewujudkannya dibutuhkan dana yang besar,kemampuan sumberdaya manusia dan usaha yang gigih. Meskipun demikian melaluipelayanan yang lebih unggul, perusahaan yang bersangkutan dapat membebankan hargayang lebih tinggi pada jasanya.
c.       Strategi Unconditional Guarantees/Extraordinary Guarantees
Untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, perusahaan jasa dapat mengembangkanaugmented service terhadap core service-nyamisalnya dengan merancang garansitertentu.Strategi unconditional guarantees berintikan komitmen untuk memberikan kepuasankepada pelanggan yang pada gilirannya akan menjadi sumber dinamisme penyempurnaankualitas jasa dan kinerja perusahaan. Selain itu akan meningkatkan motivasi parakaryawan untuk mencapai tinglat kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya.
d.      Strategi Penanganan Keluhan Yang Efektif
Penanganan keluhan yang lebih baik memberikan peluang untuk mengubah seorangpelanggan yang tidak puas menjadi puas (atau bahkan pelanggan abadi). Manfaat lainnyaadalah (Mudie dan Cottam, 1993):
a)      Penyedia jasa memperoleh kesempatan lagi untuk memperbaiki hubungannya denganpelanggan yang kecewa.
b)      Penyedia jasa bisa terhindar dari publisitas negative
c)      Penyedia jasa akan mengetahui aspek-aspek yang perlu dibenahi dalam pelayanannya saatini.
d)     Penyedia jasa akan mengetahui sumber masalah operasinya
e)      Karyawan dapat termotivasi untuk memberikan pelayanan yang berkualitas lebih baik.[12]

Pelanggan adalah orang yang menerima hasil pekerjaan seseorang atau organisasi, maka yang dapat menentukan kualitasnya seperti apa yang mereka dan mereka dapat menyampaikan apa dan bagaimana kebutuhan mereka. Setiap orang dalam perusahaan harus bekerja dengan nasabah internal dan eksternal untuk menentukan kebutuhan mereka dan bekerja sama dengan pemasok internal dan ekseternal.

Ada beberapa unsur penting dalam kualitas yang ditentukan nasabah yaitu:
1.      Nasabah harus merupakan prioritas utama organisasi. Kelangsungan hidup organisasi tergantung nasabah.
2.      Nasabah yang dapat diandalkan merupakan nasabah yang telah melakukan pembelian berkali-kali (pembelian ulang) dari organisasi yang sama.
3.      Nasabah yang puas dengan kualitas produk atau jasa yang dibeli dari suatu organisasi menjadi nasabah yang dapat diandalkan. Oleh karena itu kepuasan nasabah sangat penting.
4.      Kepuasan nasabah dijamin dengan menghasilkan produk berkualitas tinggi. Kepuasan berimplikasi pada perbaikan terus-menerus sehingga kualitas harus diperbaharui setiap saat agar nasabah tetap puas dan loyal.[13]

Menurut Day (1984) bahwa kepuasan pelanggan sebagai penilaian evaluatif purnabeli menyangkut pilihan pembelian spesifik.Cadotte, et al, (1987) mengkonseptualisasikan kepuasan pelanggan sebagai perasaan yang timbul sebagai hasil evaluasi terhadap pengalaman pemakaian produk atau jasa.Westbrook (1987) menyatkan bahwa kepuasan pelanggan adalah penilaian evaluatif global terhadap pemakaian/konsumsi produk. Tse & Wilton (1998) mendefinisikan kepuasan/ ketidakpuasan pelanggan sebagai respons pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian (disconfirmation) yang dipersepsikan antara harapan awal sebelum pembelian (normakinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dipersepsikan setelah pemakaian atau konsumsi produk bersangkutan.
Anteseden kepuasan pelanggan meliputi:
1.      Ekspektasi pelanggan (sebagai antisipasi kepuasan)
2.      Diskonfirmasi ekspektasi (ekspektasi berperan sebagai standar pembanding untuk kinerja)
3.      Kinerja (performance)
4.      Affect
5.      Equity (penilaian konsumen terhadap keadilan distributif, prosedural, dan interaksional)
Sedangkan konsekuensi kepuasan pelanggan diklasifikasikan menjadi tiga kategori:
a.       Perilaku komplain
b.      Perilaku gethok tular negatif (negative word of mouth)
c.       Minat pembelian ulang (repurchase intention) [14]

3.      Loyalitas Nasabah

Setelah nilai suatu produk sampai di tangan pelanggan dan kemudian pelanggan dapat menggunakan atau mengkonsumsinya secara optimal, sehingga konsumen merasa puas (Mital et al, 1998). Kepuasan yang dirasakan oleh pelanggan mempunyai konsekuensi perilaku berupa komplain dan loyalitas pelanggan, sehingga apabila organisasi atau perusahaan dapat memperhatikan segala hal yang dapat membentuk kepuasan pelanggan, maka kepuasan yang dirasakan oleh pelanggan secara keseluruhan akan terbentuk. Dimana kepuasan keseluruhan didefinisikan sebagai pernyataan afektif tentang reaksi emosional terhadap pengalaman atas produk atau jasa, yang dipengaruhi oleh kepuasan pelangan terhadap produk tersebut dan dengan informasi yang digunakan untuk memilih produk. Kepuasan konsumen atau pelanggan merupakan suatu darah kehidupan setiap perusahaan, sehingga kepuasan pelanggan merupakan salah satu elemen
penting dalam peningkatan kinerja pemasaran dalam suatu perusahaan atau organisasi.

Disamping itu kepusan yang dirasakan oleh pelanggan dapat meningkatkan intensitas pembeli dai pelanggan tersebut (Assael, 1995). Dengan terciptanya tingkat kepuasan pelanggan yang optimal maka mendorong terciptanya loyalitas di benak pelanggan yang merasa puas.[15]

Loyalitas pelanggan telah diakui sebagai factor dominan yang mempengaruhi keberhasilan bisnis saat ini.Loyalitas konsumen (loyality customer) telah menjadi tujuan strategis yang paling penting dari perusahaan dalam kurun waktu belakangan ini.Pelanggan yang loyal dapat meningkatkan pendapatan badan usaha secara terus menerus dan hal ini sangat penting bila derajat pembelian secara berulang-ulang sangat tinggi. Menjual produk atau jasa pada pelanggan yang telah ada akan lebih murah 4-7 kali jika dibandingkan dengan menjual kepada pelanggan baru. Pelanggan yang loyal akan memberikan kesempatan yang lebih besar bagi badan usaha untuk meningkatkan penjualan dan memberikan pendapatan jangka panjang.

Pengertian seorang pelanggan yang loyal menurut Griffin (2003) adalah “a loyal customer one who makes regular repeat purchases, purchase across product and service lines, refers others and demonstrates an immunity to the pull of the competition”. Hal ini berarti pelanggan yang loyal adalah pelanggan yang memiliki cirri-ciri antara lain melakukan pembelian yang berulang pada suatu badan usaha yang sama, membeli lini produk yang dan jasa yang ditawarkan pada badan usaha yang sama, dan memberitahukan orang lain tentang kepuasan-kepuasan yang di dapat dari badan usaha dan menunjukan kekebalan terhadap tawaran-tawaran dari badan usaha pesaing.
Menurut Kotler, Bowen dan Makens, loyalitas pelanggan didefinisikan sebagai besarnya kemungkinan pelanggan membeli kembali dan kesediaan mereka untuk menjadi partner bagi perusahaan (1999, p. 351).Menjadi partner berarti bersedia membeli produk atau jasa dalam jumlah yang lebih banyak, memberikan rekomendasi positif serta bersedia menginformasikan kepada pihak perusahaan apabila terjadi kesalahan dalam operasional pelayanan.Griffin menyatakan bahwa terdapat dua faktor penting yang memungkinkan loyalitas pelanggan dapat dibangun dan berkembang.Faktor pertama adalah ikatan emosional yang dimiliki pelanggan terhadap produk atau jasa perusahaan harus lebih besar daripada ikatan emosional mereka terhadap produk atau jasa pesaing perusahaan tersebut.Sedangkan faktor kedua adalah adanya pembelian berulang yang dilakukan oleh pelanggan (dikutip dalam Shoemaker and Lewis, 1998).
Oliver (1996:76) mendefinisikan loyalitas pelanggan sebagai customer loyalty is deeply held commitment to rebuy or repatronize a preferred product or service consistenly an the future, despite situational influences and marketing effort having the potential to cause switching behavior. Maksudnya di sini loyalitas konsumen adalah komitmen pelanggan bertahan secara mendalam untuk melakukan pembelian ulang produk baik barang atau jasa secara konsisten di masa yang akan datang meskipun pengaruh situasi usaha pemasaran berpotensi merubah perilaku. Hasan (2009:81) Loyalitas merupakan konsep yang tampak mudah di bicarakan dalam konteks sehari-hari tetapi menjadi lebih sulit ketika di analisis maknanya.
Dari definisi diatas maka dapat di simpulkan bahwa, loyalitas pelanggan adalah komitmen pelanggan untuk tetap membeli produk dari perusahaan yang sama di masa yang akan datang.
Karakteristik Pelanggan Yang Loyal
1.      Melakukan pembelian secara teratur
2.      Membeli diluar produk lini/jasa
3.      Merekomendasikan kepada orang lain
4.      Menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing

Tahap loyalitas Pelanggan
Borwn dalam Hurriyati bahwa loyalitas pelanggan terdiri atas tiga tahap sebagi berikut:
a.       The Courtship
Pada tahap ini, tercipta hubungan yang erat antara perusahaan dengan pelanggan sebatas transaksi, pelanggan masih mempertimbangkan kualitas produk/ jasa dan harga. Apabila penawaran produk/ jasa dan harga yang ditawarkan pesaing lebih baik, maka mereka akan berpindah.
b.      The Relationship
Pada tahap ini, tercipta hubungan yang erat antara perusahaan dan pelanggan.Loyalitas yang terbentuk bukan lagi dasar pertimbangan produk/ jasa dan harga. Walupun tidak ada jaminan pelanggan tidak akan melihat produk pesaing. Selain itu, dalam tahap ini terjalin hubungan yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak.
c.       The Marriage
Pada tahap ini hubungan jangka panjang telah terciptadan keduanya tidak dapat dipisahkan.Loyalitas tercipta karena adanya kesenagan dan ketergantungan pelanggan pada perusahaan.

Jenis-jenis Loyalitas
Terdapat empat jenis loyalitas sebagai berikut:
1.      Tanpa Loyalitas
Konsumen memiliki berbagai alasan tidak menegmbangkan loyalitas terhadap produk atau jasa tertentu. Secara umum, perusahaan harus menghindari para pembeli sejenis ini, karena mereka tidak akan menjadi pelanggan yang loyal, mereka hanya memberikan sedikit konstribusi terhadap keuangan perusahaan. Tantangannya adalah menghindari sebanyak mungkin orang-orang seperti ini dan  lebihmemilih konsumen yang loyalitasnya dapat dikembangkan.
2.      Loyalitas yang Lemah
Keterkaitan yang lemah digabungkan dengan pemebelian berulang yang tinggi, menghasilkan loyalitas yang lemah (inertia loyality).Konsumen ini membeli karena kebiasaan.Ini adalah jenis pembelian “karena kami selalu menggunakannya” atau “karena sudah terbiasa”.Pemebeli ini merasakan tingkat ketidakpuasan yang nyata.Loyalitas jenis ini sering umum terjadi pada produk yang sering dibeli.
3.      Loyalitas Tersembunyi
Tingkat prerefensi yang sangat tinggi digabungkan dengan tingkat pembelian yang rendah, menunjukkan loyalitas yang tersembunyi (latent loyality).Bila pelanggan mempunyai loyalitas yang tersembunyi, maka yang membelikab pembelian yang berulang adalah pengaruh situasi bukan pengaruh sikap.Dengan memahami factor situasi yang berkonstribusi pada loyalitas yang tersembunyi, maka perusahaan dapat menggunakan strategi untuk mengatasinya.
4.      Loyalitas Premium
Loyalitas yang paling sering dapat ditingkatkan yang terjadi apabila ada tingkat keterkaitan yang tinggi dan tingkat pembelian yang berulang yang juga sangat tinggi.Ini merupakan jenis loyalitas yang lebih disukai untuk semua konsumen di setiap perusahaan.Pada tingkat preferensi yang sangat tinggi tersebut, orang bangga karena menemukan dan menggunakan produk tertentu dan senagng membagi pengetahuan mereka dengan rekan dan keluarga.[16]

Loyalitas pelanggan dipandang sebagai kekuatan hubungan antara sikap relatif seseorang (individual’s relative attitude) dan bisnis berulang (repeat patronage) (Dick & Basu, 1999).Hubungan ini dipandang karena dijembatani oleh norma-norma sosial dan faktor-faktor situasional.Anteseden kognitif, afektif, dan konatif dari sikap relatif diidentifikasikan karena memiliki andil pada loyalitas, demikian juga konsekuensi perilaku, perceptual dan motivasional.

Hubungan antara kepuasan dan loyalitas telah banyak diteliti dalam beberapa studi (Selnes, 1993).Fornell (1992) mengatakan bahwa kepuasan pelanggan mempengaruhi perilaku pembeli, dimana pelanggan yang puas cenderung menjadi pelanggan yang loyal, namun pelanggan yang loyal tidak perlu puas. Loyalitas berarti kemampuan perusahaan memposisikan produknya di benak pelanggan, dimana perusahaan berusaha menganggap pelanggan sebagai mitranya dengan cara memantapkan keyakinan pelanggan, selalu berinteraksi, bila perlu mengembangkan, demi kemajuan bersama (Kartajaya, 1999). Sedangkan yang dimaksud dengan pelanggan yang loyal atau setia adalah seseorang yang melakukan pembelian ulang dari perusahaan yang sama, memberitahukan ke konsumen yang lain yang potensial dari mulut ke mulut dan menjadi penangkal serangan dari pesaingnya (Evan dan Laskin, 1994). Sehingga dapatlah dikatakan bahwa keberhasilan suatu perusahaan sangatlah ditentukan oleh loyalitas pelanggannya.

Kajian – kajian loyalitas pelanggan sejauh ini dapat dibagi menjadi tiga kategori: pendekatan perilaku, pendekatan sikap, dan pendekatan integritasi (Oh, 1995). Pendekatan perilaku berfokus pada perilaku konsumen purna pembelian dan mengukur loyalitas berdasarkan tingkat pembelian (frekuensi dan kemungkinan membeli lagi).
Pendekatan sikap menyimpulkan loyalitas pelanggan dari aspek keterlibatan psikologis, favoritism, dan sense of goodwill pada jasa tertentu.Sementara itu pendekatan terintegrasi mengombinasikan dua variabel untuk menciptakan sendir konsep loyalitas pelanggan.Dengan mencoba mengadopsi pendekatan ini dalam menyusun model, sehingga konsep loyalitas pelanggan dipahami sebagai kombinasi sikap senang pelanggan dan perilaku pembelian ulang.

Studi- studi terdahulu tentang faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas pelanggan biasanya fokus pada kepuasan pelanggan dan hambatan pindah (Dick dan Basu,1994; Gerpott, Rams, dan Schindlerm 2001; Lee dan Cunningham,2001). Mereka menemukan bahwa pelanggan yang mengalami kepuasan yang tinggi cenderung bertahan pada penyedia jasa saat ini. Namun banyak penelitian menunjukkan bahwa kepuasan pelanggan meskipun berpengaruh positif pada loyalitas pelanggan, tidak selalu menjadi syarat cukup terjadinya efek seperti ini., konsep switching barrier (hambatan pindah) mulai diusulkan (Jones, Mothersbaugh, dan Betty, 2002). Hambatan pindah memainkan peran sebagai variabel penyesuaian pada hubungan antara kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan. Dengan kata lain, ketika tingkat kepuasan pelanggan diketahui, tingkat loyalitas pelanggan dapat bervariasi tergantung pada kuatnya hambatan pindah (Cogate dan Lang, 2001 ; Jones, dkk.,2002; Lee dan Cunningham, 2001). Signifikansi loyalitas pelanggan sangat terkait dengan kelangsungan perusahaan dan terhadap kuatnya pertumbuhan perusahaan di masa datang.Oleh karena itu, agar perusahaan mampumempertahankan tingkat laba yang stabil, saat pasar mencapai kematangan atau kedewasaan dan persaingan bisnis begitu tajam, strategi definisi seperti berusaha untuk mempertahankan pelanggan yang ada saat ini lebih penting dibanding strategi agresif seperti memperluas ukuran pasar dengan menggaet konsumen potensial.[17]

Hubungan antara CRM dengan loyalitas pelanggan
CRM merupakan suatu strategi bisnis secara proaktif mengembangkan preferensi sebuah organisasi, sehingga karyawan, saluran distribusi, dan pelanggan menghasilkan peningkatan kinerja.Banyak kegagalan program loyalitas terjadi karena organisasi perusahaan tidak mengetahui bagaimana pelanggan memperoleh manfaat dari program tersebut. Pelanggan tidak menginginkan diperlakukan secara sama. Akan tetapi mereka ingin diperlakukan secara individual. Tujuan sebenarnya dari CRM adalah mengelola ( mengubah atau memperkuat) perilaku pelanggan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Efi (2005) seorang mahasiswa Pasca Sarjana Ubara (dalam industri Homecare) dan Novi (2004) mahasiswa Pasca Sarjana Unpad (industri penerbangan), memperlihatkan bahwa hubungan antara kelima dimensi secara parsial dan simultan dengan loyalitas pelanggan cukup signifikan.Selain berhubungan secara positif, dampak atau pengaruh CRM pada loyalitas pelanggan terbukti positif.Artinya semakin baik implementasi CRM dalam suatu unit usaha, maka berdampak positif dalam loyalitas pelanggan.Oleh karena itu aplikasi CRM memungkinkan perusahaan untuk mendayagunakan informasi dari semua titik kontak dengan pelanggan, apakah itu via web, call center, ataupun lewat staf pemasaran dan pelayanan di lapangan.Konsistensi dan aksepsibilitas informasi ini memungkinkan penjualan dan pelayanan yang lebih baik dengan berbagai informasi penting mengenai pelanggan itu.
4.      Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan adalah sebuah kata bagi penyediaan jasa merupakan suatu yang harus dikerjakan dengan baik.Aplikasi kualitas sebagai sifat dari penampilan produk atau kinerja merupakan bagian utama strategi perusahaan dalam rangka meraih keunggulan yang berkesinambungan, baik sebagai pemimpin pasar ataupun sebagai strategi untuk terus tumbuh.

Kualitas jasa jauh lebih sukar didefinisikan, dijabarkan, dan diukur bila dibandingkan dengan kualitas produk. Jasa bersifat intangible dan lebih merupakan proses yang dialami pelanggan secara subyektif, di mana aktivitas produksi dan konsumsi berlangsung pada saat bersamaan. Selama proses tersebut berlangsung, terjadi interaksi yang meliputi serangkaian moments of truth antara pelanggan dengan penyedia jasa. Apa yang terjadi selama interaksi tersebut, akan sangat berpengaruh terhadap jasa yang dipersepsikan pelanggan.

Pada prinsipnya, kualitas jasa berfokus pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan, serta ketepatan penyampaiannya untuk menyeimbangi harapan pelanggan.Wyckoff (Tjiptono, 2005) mengatakan bahwa kualitas jasa merupakan tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Dengan kata lain, terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa yakni jasa yang diharapkan dan jasa yang dipersepsikan (Parasuraman et al., 1985). Implikasinya, baik buruknya kualitas jasa tergantung kepada kemampuan penyedia jasa memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten.

Menurut Gronroos (1990) pada dasarnya kualitas suatu jasa yang dipersepsikan pelanggan terdiri atas dua dimensi utama. Dimensi pertama, technical quality (outcome dimention) berkaitan dengan kualitas output jasa yang dipersepsikan pelanggan. Dan dimensi yang kedua, functional quality (process related dimention) berkaitan dengan kualitas cara penyampaian jasa atau menyakut proses transfer kualitas teknis, output atau hasil akhir jasa dari penyedia jasa kepada pelanggan.

Pengukuran kualitas jasa dalam model SERVQUAL didasarkan pada skala multi item yang dirancang untuk mengukur harapan dan persepsi pelanggan, serta gap di antara keduanya dalam dimensi-dimensi utama kualitas jasa. Pada penelitian awalnya, Parasuraman et al. (1985) mengidentifikasikan sepuluh dimensi pokok, yakni reabilitas, daya tanggap, kompetensi, akses, kesopanan, komunikasi, kredibilitas, keamanan, kemampuan memahami pelanggan, dan bukti fisik. Namun pada penelitian berikutnya, Parasuraman et al. (1988) menyempurnakan dan merangkum sepuluh dimensi tersebut.Kompetensi, kesopanan, kredibilitas, dan keamanan disatukan menjadi jaminan (assurance).Sedangkan akses, komunikasi, dan kemampuan memahami pelanggan dikategorikan sebagai empati (empathy). Dengan demikian terdapat lima dimensi utama, yakni sebagai berikut:
a)      Reliabilitas (reliability), yakni kemampuan memberikan layanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan.
b)      Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan layanan dengan tanggap.
c)      aminan (assurance), mencakup pengetahuan, kompetensi, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf; bebas dari bahaya, risiko atau keragu-raguan..
d)     Empati (empathy), meliputi kemudahan dalam menjalin relasi, komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan pemahaman atas kebutuhan individual para pelanggan.
e)      Bukti fisik (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi.[18]

Keunggulan suatu produk atau jasa tergantung dari keunukan serta kualitas yang diperlihatkan oleh jasa tersebut. Apakah sudah sesuai  dengan harapan atau keinginan pelanggan.Kualitas jasa berkonstribusi besar pada kepuasan pelanggan, retensi pelanggan, komunikasi gethok tular (word of mouth communication), pembelian ulang, loyalitas pelanggan, pansa pasar, profitabiltas dan citra korporasi. Hampir setiap perusahaan memperkerjakan petugas pelayannan pelanggan dan kebutuhan akan tenaga ahli dalam memberikan pelayanan yang bermutu yang terus meningkat.
Kualitas harus dinilai dari kenbutuhan pelanggan dan berfikir pada persepsi pelanggan.Konteks kualitas jasa harapan pelanggan mempunyai peranan yang besar dalam evaluasi kualitas yang dirasakan. Konsekuensi hasil yang samadapat dinilai berbeda oleh konsumennya.[19]

Konsep kualitas pelayanan selalu berkembang dari waktu ke waktu. Pada dasarnya kualitas pelayanan merupakan hasil dari perbandingan yang dibuat oleh konsumen (nasabah) antara pengharapan akan jasa yang mereka terima dengan persepsi nasabah ketika suatu jasa telah diterima ( Caruana et al. 2000, p.1339). Kualitas pelayanan menjadi suatu keharusan agar mampu bertahan dan tetap mendapat kepercayaan nasabah. Gronroos (1984) mengemukakan sebuah konsep yang menekankan pada dua dimensi utama dari kualitas pelayanan, yaitu technical quality yang mengacu pada apa yang sebenarnya dirasakan oleh pelanggan dari pelayanan yang didapatkannya dan functional quality yang mengacu pada bagaimana pelayanan tersebut disediakan. Functional quality merupakan aspek yang sangat penting dan memiliki kaitan dengan interaksi psikologis yang sangat berperan ketika terjadi suatu proses transaksi. Hal ini sangat tergantung pada persepsi konsumen dan bersifat subyektif serta ditujukan pada hal-hal yang diterima konsumen ketika terjadinya transaksi.Functional quality dan technical quality merupakan faktor yang penting dan tidak terpisahkan pada satu sektor industri jasa tertentu, misalnya pada sektor perawatan kesehatan.

Lehtinen (1982) dalam Caruana et al. (2000, p. 1339) memberikan pandangan yang agak berbeda mengenai kualitas pelayanan.Mereka melihat bahwa kualitas pelayanan terdiri dari kualitas suatu interaksi, fisik dan korporasi. Pada tingkat yang lebih tinggi dan terutama dari sudut pandang konsumen, mereka melihat bahwa kualitas pelayanan terdiri dari dua dimensi yaitu kualitas proses dan kualitas out put. Lebih lanjut menurut Hutt dan Spech dalam Ellitan, (2001) ada tiga komponen kualitas pelayanan yaitu:
1)      Kualitas teknik, merupakan komponen yang berkaitan dengan kualitas output jasa yang diterima pelanggan.
2)      Kualitas fungsional, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas cara penyampaia jasa.
3)      Citra perusahaan, yaitu profil, reputasi, citra umum dan daya tarik perusahaan.[20]

Kualitas pelayanan berpusat pada suatu kenyataan yang ditentukan oleh pelanggan. Interaksi strategi pelayanan, sistem pelayanan dan sumber daya manusia serta pelanggan akan sangat menentukan keberhasilan dari manajemen perusahaan. Oleh karena itu perlu menerapkan strategi untuk membentuk kualitas pelayanan yang terbaik, maka Tjiptono (2002) menerangkan strategi kualitas pelayanan sebagai berikut:
a)      Atribut layanan pelanggan, yaitu bahwa penyampaian jasa harus tepat waktu, akurat dengan perhatian dan keramahan.
b)      Pendekatan untuk penyempurnaan kualitas jasa merupakan aspek penting dalam mewujudkan kepuasan pelanggan. Ini disebabkan oleh faktor biaya, waktu penerapan program dan pengaruh layanan pelanggan. Ketiga faktor ini merupakan pemahaman dan penerapan suatu sistem yang responsif terhadap pelanggan dan organisasi guna mencapai kepuasan yang optimum.
c)      Sistem umpan balik dan kualitas layanan pelanggan, yaitu dengan memahami persepsi pelanggan terhadap perusahaan dan para pesaing. Mengukur dan memperbaiki kinerja perusahaan, mengubah bidang-bidang terkuat perusahaan menjadi faktor pembeda pasar, menunjukkan komitmen perusahaan pada kualitas dan pelanggan.
d)      Implementasi, adalah strategi yang paling penting sebagai bagian dari proses implementasi, pihak manajemen perusahaan harus menentukan cakupan-cakupan jasa dan level pelayanan.

Menurut Parasuraman et al. (1985) yang memperkenalkan konsep Service Quality (SERVQUAL) secara ringkas menyatakan bahwa kualitas pelayanan merupakan fungsiharapan pelanggan pada tahap pra pembelian, proses penyediaan kualitas yang diterima dankualitas output yang diterima. Parasuraman et al. (1985) mendefinisikan kualitas pelayanan(servqual) sebagai suatu konsep yang secara tepat mewakili inti kinerja suatu jasa, yaituperbandingan terhadap keterandalan (excellence) dalam service counter yang dilakukan olehpelanggan.
Penelitian lanjutan yang dilakukan oleh Parasuraman et al. (1988) menyatakan bahwan kualitas pelayanan secara umum dapat dibentuk oleh lima dimensi yaitu:
1.      Keterwujudan (tangible)
Merupakan dimensi pelayanan yang menitikberatkan pada elemen-elemen yang mewakili pelayanan secara fisik.
2.      Kehandalan (reliability)
Merupakan kemampuan untuk memberikan jasa sebagaimana yang dijanjikan secara akurat.
3.      Daya Tangkap (responsiveness)
Dimensi kualitas pelayanan yang menitik beratkan pada kemampuan untuk menghargai kepercayaan dan kerahasiaan.
4.      Jaminan (assurance)
Merupakan keinginan untuk membantu pelanggan dan menyediakan pelayanan yang dibutuhkan.Dimensi ini menitikberatkan pada perilaku personel jasa untuk perhatian terhadap pelanggan.
5.      Empati (empathy). Merupakan aspek yang menekankan pelayanan pelanggan sebagaiseorang individu.[21]

B.     Penelitian Terdahulu
Sejauh yang peneliti dapatkan dari penelitian sebelumnya telah dilakukan penelitian sejenis dengan judul ”ANALISIS PENGARUH CUSTOMER RELATIONSHIP MARKETING Pemasaran Hubungan Pelanggan dalam Meningkatkan Kepuasan dan Loyalitas (Survei Pada Nasabah Bank Tabungan Pensiunan Nasional Mitra Usaha Rakyat Kantor Cabang Bojonegoro)” oleh Afan Doni Sucahyo, Achmad Fauzi DH, Zainul Arifin Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, dalam tesisnya yang menyatakan bahwa Perbankan sangat dibutuhkan oleh semua kalangan masyarakat untuk melakukan berbagai macam transaksi dengan mudah baik di dalam negeri maupun antar negara dengan berbasis customer relationship marketing. Konsep customer relationship marketing merupakan model bisnis dengan tujuan utama mengidentifikasikan, mengantisipasi, memahami kebutuhan pelanggan, maupun pihak yang berpotensial menjadi pelanggan dengan mengumpulkan informasi tentang customer, sales, keefektifan pemasaran, dan trend pasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Customer Relationship Marketing terdiri dari Ikatan, Empati, Timbal Balik, Kepercayaan, Komitmen, Kepuasan Nasabah, dan Loyalitas Nasabah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisis Customer Relationship Marketing terhadap Kepuasan dan Loyalitas pada Nasabah Bank Tabungan Pensiunan Nasional Mitra Usaha Rakyat Kantor Cabang Bojonegoro.Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian explanatory research.Jumlah sampel adalah 77 orang responden.Analisa data yang digunakan adalah analisa jalur (path analysis).Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Ikatan, Empati, Timbal Balik, Kepercayaan, Komitmen berpengaruh signifikan bertanda positif terhadap Kepuasan dan Loyalitas Nasabah.Sedangkan variabel yang berpengaruh dominan terhadap Loyalitas Nasabah adalah variabel Empati sebesar 0.393.Empati merupakan sarana penting dalam mempertahankan nasabah lama dan mendapatkan nasabah baru, sehingga tetap memberikan sikap loyal dan selalu menjadi nasabah setia.
“CUSTOMER RELATIONSHIP MARKETING BERPENGARUH TERHADAP KEPERCAYAAN DAN LOYALITAS PERBANKAN NASIONAL” jurnal manajemen pemasaran, vol 7, No.1, april 2012 oleh samy petra, menyatakan bahwa  Customer relationship marketing atau CRM adalah salah satu bentuk kualitas layanan yang diukur melalui komitmen, komunikasi, dan penanganan keluhan. Kepercayaan dan loyalitas pelanggan diharapkan dapat meningkat dengan pengelolaan ketiga dimensi tersebut. Penelitian ini dilakukan sebagai konfirmasi model teoritis CRM. Sebanyak 165 orang responden berpartisipasi dalam penelitian ini. Data dianalisis menggunakan Generalized Structured Component Analysis (GSCA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa komitmen dan penanganan keluhan dari Bank Nasional memberikan pengaruh positif terhadap kepercayaan pelanggan. Akan tetapi, penelitian ini memperlihatkan bahwa komunikasi tidak memiliki pengaruh terhadap kepercayaan pelanggan. Model empirisi menunjukkan bahwa kepercayaan pelanggan adalah variabel intervening yang menghubungkan CRM dan loyalitas pelanggan.
“PENGARUH RELATIONSHIP MARKETING TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DAN LOYALITAS PELANGGAN PADA GREEN SHOP” Relationship Marketing. Loyalitas Pelanggan, Kepuasan Pelanggaan (study kasus pada green shop Surabaya) oleh chasanul arifin Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “veteran” Jawa Timur 2011, yang dalam tesisnya menjelaskan, Implementasi Relationship Marketing banyak diterapkan pada perusahaan yang bergerak dalam bisnis ritel seperti Green Shoop dengan program kepemilikan membership card yang disebut dengan Green Shoop Card. Sewajarnya Green Shop ini menggunakan system pelayanan pelanggan yang tepat sehingga dapat menimbulkan loyalitas terhadap pelanggannya.Permalasahan yang tejadi adalah sejauh mana implementasi program membership card di atas sebagai bagian dari Relationship Marketing serta sejauh mana efektivitas program tersebut bagi perusahaan maupun bagi pelanggan merupakan hal yang menarik untuk dikaji lebih lanjut.. tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Relationship Marketing Terhadap Loyalitas Pelanggan Melalui Kepuasan Pelanggaan Pada Green Shop di Surabaya.
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan anggota Green Shop di Surabaya. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modeling (SEM).
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan SEM (Stuctural Equation Modeling) dan pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan hal-hal untuk menjawab permasalahan sebagai berikut : relationship marketing berpengaruh positif terhadap Kepuasan Pelanggaan, Kepuasan Pelanggaan berpengaruh positif terhadap Loyalitas Pelanggan, dan relationship marketing berpengaruh positif terhadap Loyalitas Pelanggan Pada Green Shop di Surabaya.
“ANALISIS PENGARUH CUSTOMER RELATIONSHIP MARKETING TERHADAP NILAI NASABAH DAN KEUNGGULAN PRODUK DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN DAN LOYALITAS NASABAH” (Studi Kasus: Pada PT Bank BRI Kantor Cabang Pekalongan) Didik isnadi, SE , 2005 yang dalam tesisnya menjelaskan bahwa Penelitian ini ditujukan untuk menguji pengaruh customer relationship marketing, nilai nasabah dan keunggulan produk terhadap kepuasan nasabah dan dampaknya kepada peningkatan loyalitas nasabah. Penggunaan variable-variabel tersebut dengan alasan hasil penelitian terdahulu, yaitu: Tax, Brown dan Chandrasekaran (1998), Mital, Ross dan Baldasare (1998), Too, Souchon dan Thirkell (2000) dan Leo YM Sin et al (2002) yang menemukan pengaruh langsung customer relationship marketing, nilai nasabah dan keunggulan produk terhadap kepuasan nasabah dan pengaruhnya terhadap loyalitas nasabah. Penggunaan variabel-variabel tersebut dapat memecahkan permasalahan yang terjadi pada PT. Bank BRI kantor cabang Pekalongan, yaitu tingginya tingkat kritik yang diterima PT. Bank BRI kantor cabang Pekalongan yang berdampak pada loyalitas nasabah yang rendah.
Sampel penelitian ini adalah nasabah PT. Bank BRI kantor cabang Pekalongan, sejumlah 100 orang. Structural Equation Modeling (SEM) yang dijalankan dengan perangkat lunak AMOS, digunakan untuk menganalisis data, Hasil analisis menunjukkan bahwa customer relationship marketing berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai nasabah dan keunggulan produk, nilai nasabah dan keunggulan produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan nasabah, kepuasan nasabah berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas nasabah.
Temuan empiris tersebut mengindikasikan bahwa untuk meningkatkan loyalitas nasabah, yang merupakan penyebab terjadinya tingginya tingkat kritik yang diterima PT. Bank BRI kantor cabang Pekalongan perlu memperhatikan faktor-faktor seperti customer relationship marketing, nilai nasabah, keunggulan produk dan kepuasan nasabah, karena faktor-faktor tersebut terbukti mempengaruhi tinggi rendahnya loyalitas nasabah. Implikasi teoritis dan saran-saran bagi penelitian mendatang juga diuraikan pada bagian akhir dalam penelitian ini.
“PENGARUH CUSTOMER RELATIONSHIP MARKETING DAN NILAI NASABAH TERHADAP LOYALITAS NASABAH” (Studi Kasus: Pada PT BankMuamalat Cabang Jambi) oleh Harniza Harun, Jurusan Manajemen. Manajemen Pemasaran Fakultas Ekonomi Universitas Jambi tahun 2011 menjelaskan bahwa
Penelitian ini menganalisis pengaruh hubungan pelanggan pemasaran dan nilai pelanggan untuk  loyalitas pelanggan. Objek penelitian ini adalah cabang Jambi Bank Muamalat Indonesia. Masalah penelitian mengacu pada fenomena bisnis untuk kritik dan saran diterima dari kementerian perilaku konsumen mengacu rumusan masalah Bagaimana Mempengaruhi Pelanggan, hubungan pemasaran terhadap loyalitas pelanggan. Tujuan penelitian dirumuskan untuk mencari jawaban terhadap aliran yang mempengaruhi loyalitas pelanggan. Model yang dirumuskan dalam Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kritis konsep dan pengukuran pelanggan loyalitas. Para peneliti memasukkan unsur-unsur dari hubungan pelanggan pemasaran sebagai yang dan memiliki konsekuensi yang signifikan bagi loyalitas pelanggan. Selain pemodelan teoritis, penelitian ini telah merumuskan dua hipotesis. Metode ini telah purposive untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan 100 responden, dan semua responden nasabah Bank Muamalat Indonesia Cabang Jambi.
Analisis data menggunakan deskriptif kualitatif dan verifikasi oleh variabel independen (X) costomer relationship marketing, (Y) adalah loyalitas, regresi menggunakan komputerisasi program SPSS untuk janda Release10.untuk melihat pengaruh masing-masing variabel yang mempengaruhi loyalitas pelanggan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan costomer pemasaran, dan pelanggan nilai dalam pertunjukan dengan nilai R Square, 747 atau 74,7% positif mempengaruhi loyalitas pelanggan Jambi cabang Bank Muamalat Indonesia.

Penelitian tersebut membahas tentang loyalitas dan kepuasan pada beberapa kasus, saya mencoba memfokuskan diri pada loyalitas dan kepuasan yang focus kepada pelayanan bank. Dengan judul ”ANALISIS PENGARUH CUSTOMER RELATIONSHIP MARKETING TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS NASABAH (Studi Kasus di Bank Syari’ah Mandiri Kudus)”.



C.    Oval: Kepuasan pelangganKerangka berfikir



 








D.    Hipotesis
Hipotesis yang dirumuskan adalah:
Ha: Di duga Customer Relationship Marketing berpengaruh terhadap kepuasan nasabah Bank MandiriSyari’ah Kudus.
Hb: Di duga Customer Relationship Marketing berpengaruh terhadap loyalitas nasabah Bank MandiriSyari’ah Kudus.

III. Metode Penelitian
A.    Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian lapangan (field  Research) dan bersifat kuantitatif yaitu suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat untuk menemukan keterangan mengenai apa yang ingin diketahui. Penelitian ini akan dilakukan di Bank Mandiri Syari’ah Kudus.

B.     Metode Pengumpulan Data
1.      Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang menjadi obyek penelitian atau factor faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti.
a.       Variabel Independen
Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
1.      Kepuasan Nasabah
2.      Loyalitas Nasabah
b.      Variabel Dependent
Merupakan variabel yang dipengaruhi atau akibat, karena adanya variabel bebas, yaitu dalam penelitian ini adalah Customer Relationship Marketing.
2.      Populasi dan Sampel
a.       Populasi
Populasi adalah keseluruhan ssubyek penelitian.Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh nasabah Bank Mandiri Syariah tahun 2014.
b.      Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.Pengambilan sampel dengan teknik accidental sampling.Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 80 orang nasabah.

C.    Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang dipakai adalah metode angket.Angket digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Customer Relationship Marketing terhadap kepuasan dan loyalitas Nasabah Bank Mandiri Syariah Kudus.

D.    Teknik Analisis Data
Analisis data digunakan untuk menyederhanakan data supaya data lebih mudah diinterpretasikan.Teknik analisis yang digunakan untuk mengolah dan membahas data serta menguji hipotesis adalah dengan analisis regresi berganda.Teknik analisis regresi berganda dipilih untuk digunakan dalam penelitian ini karena teknik regresi berganda dapat menyimpulkan secara langsung mengenai pengaruh masing-masing variabel bebas yang digunakan secara parsial ataupun bersama-sama.

Hair et al. (1998) menyatakan bahwa regresi berganda merupakan teknik statistik
untuk menjelaskan keterkaitan antara variabel terikat dengan beberapa variabel bebas.
Fleksibilitas dan adaptifitas dari metode ini mempermudah peneliti untuk melihat suatu
keterkaitan dari beberapa variabel sekaligus. Regresi berganda juga dapat memperkirakan
kemampuan prediksi dari serangkaian variabel bebas terhadap variabel terikat (Hair et al.,
1998). Model regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:
Y = a + b1 x1 + b2 x2 + b3 x3 + b4 x4 + b5 x5 + e
Keterangan :
a = Nilai konstanta
b = Koefisien regresi
Y = Tingkat kepuasan nasabah
x1 = Faktor bukti fisik (Tangibles)
x2 = Faktor keandalan (reliability)
x3 = Faktor daya tanggap ( responsiveness)
x4 = Faktor jaminan (assurance)
x5 = Faktor empati (emphaty)
e = error
E.     Definisi operasional



DAFTAR PUSTAKA


ARIFIN , CHASANUL, PENGARUH RELATIONSHIP MARKETING DAN KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN PADA GREEN SHOP DI SURABAYA, Skripsi, JAWA TIMUR
2011

Christian Natalia, Indahwati, PENGARUH RELATIONSHIP QUALITY TERHADAP CUSTOMER LOYALTY MELALUI CUSTOMER SATISFACTION PADA PERUSAHAAN JASA PT. POS INDONESIA DI SURABAYA, jurnal, Surabaya, 2013Kotler, Philip. 2003. Marketing Insights fom A to Z. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Erika, 2009. Skripsi: Pengaruh Relationship Marketing terhadap Loyalitas Konsumen pada PT Olagafood Industri Medan. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Harun , Harniza, PENGARUH CUSTOMER RELATIONSHIP MARKETING DAN NILAI NASABAH TERHADAP LOYALITAS NASABAH (Studi Kasus: Pada PT BankMuamalat Cabang Jambi) Jurnal Manajemen Pemasaran Modern Vol. 3 No.1 Januari - Juni 2011

Kusnadi,  ANALISIS CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT DAN SERVICE QUALITY TERHADAP CUSTOMER VALUE MELALUI CUSTOMER SATISFACTION PADA BANK PEMERINTAH DI SURABAYA, Jurnal Ilmu Ekonomi dan Manajemen Volume 6 Nomor 3. April 2010

 Tri Hartanto , Juzan,  ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN JASA PERBANKAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH (Study Kasus Pada PD. BPR Bank Jogja), jurnal, 2010


 



[1]arifin , chasanul, pengaruh relationship marketing dan kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan pada green shop di surabaya, skripsi, jawa timur
2011
[2]Kotler, Philip. 2003. Marketing Insights fom A to Z. Jakarta: Penerbit Erlangga.
[3]Erika, 2009. Skripsi: Pengaruh Relationship Marketing terhadap Loyalitas Konsumen pada PT Olagafood Industri Medan. Medan: Universitas Sumatera Utara.
[4] Petra, customer relationship marketing pengaruhnya terhadap kepercayaan dan loyalitas perbankan nasional,  jurnal manajemen pemasaran,2012
[5] Ibid hal 2
[6] Petra,  customer relationship marketing pengaruhnya terhadap kepercayaan dan loyalitas perbankan nasional, jurnal manajemen pemasaran, 2012
[7]nur  ika, dewi, pengaruh kualitas layanan, nilai nasabah, dan atribut produk islam terhadap kepuasan nasabah, jurnal ilmiah, malang, 2013, hal. 1-2
[8]kusnadi, analisis customer relationship management dan service quality terhadap customer value melalui customer satisfaction pada bank pemerintah di surabaya, jurnal ilmu ekonomi dan manajemen volume 6 nomor 3. april 2010, hal. 173
[9]Ibid, hal. 174-175
[10]christian natalia, indahwati, pengaruh relationship quality terhadap customer loyalty melalui customersatisfaction pada perusahaan jasa pt. pos indonesia di surabaya, jurnal, surabaya, 2013, hal. 2
[11]tri hartanto ,juzan, analisis pengaruh kualitas pelayanan jasa perbankan terhadap kepuasan nasabah (study kasus pada pd. bpr bank jogja), jurnal, 2010, hal. 15
[12]Ibid, hal. 16-18
[13]analisis pengaruh customer relationshipmarketing terhadap nilai nasabah dan keunggulan produk dalam meningkatkan kepuasan dan loyalitas nasabah (studi kasus: pada pt bank bri kantor cabang pekalongan), tesis, semarang, 2005, hal.30
[14] kusnadi, analisis customer relationship management dan service quality terhadap customer value melalui customer satisfaction pada bank pemerintah di surabaya, jurnal ilmu ekonomi dan manajemen volume 6 nomor 3. april 2010, hal. 177-178
[15]Ibid, hal. 31
[16]erika, pengaruh relationship marketing terhadap loyalitas pelanggan pada pt. olagafood industri medan,sumatra utara, 2009,hal. 36-37

[17]harun , harniza, pengaruh customer relationship marketingdan nilai nasabah terhadap loyalitas nasabah (studi kasus: pada pt bankmuamalat cabang jambi) jurnal manajemen pemasaran modern vol. 3 no.1 januari - juni 2011, hal.66
[18]Kusnadi, Loc. Cit, hal. 171-172
[19]Erika, Loc.cit, hal. 38
[20]Tri Hartanto, Loc. Cit, hal. 7
[21]Ibid, hal. 8-9